Melihat Korea Utara dari Seorang Jaka Parker - TodayMu.com

Cara Asik Membaca Apa Yang Ada di Internet

Post Top Ad

Melihat Korea Utara dari Seorang Jaka Parker

Melihat Korea Utara dari Seorang Jaka Parker

Share This
Seperti yang kita ketahui bahwa Korea Utara memang menjadi salah satu negara paling tertutup di dunia. Kita hampir sulit mendapat informasi tentang kehidupan detail disana, dan kita hanya bisa tahu lewat media-media mainstream yang memberikan informasi tentang Korea Utara dalam narasi "negatif"
Beberapa waktu lalu gw gak sengaja nyari-nyari video di youtube tentang Korea Utara dan menemukan sebuah video yang diunggah oleh akun bernama Jake Parker yang kemudian saya ketahui dia adalah seorang warga Indonesia yang sempat tinggal di Pyongyang, ibukota Korea Utara, bersama keluarganya selama lebih dari 3 tahun dan baru kembali ke Indonesia awal Maret 2016 lalu.

Dan setelah saya lihat video-videonya ternyata Korea Utara adalah sebuah negara yang sama aja seperti negara lain, tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya, seperti seolah-olah Korea Utara memang Negara yang "mengerikan", tapi melihat dari video keseharian Jaka Parker semua hal negatif tersebut hilang. Jadi Interest banget sama Korea Utara.

instagram/ jaka parker

Bagaimana awal petualangan di Korea Utara oleh Jaka Parker dan keluarganya?

Jadi pada tahun 2012, istrinya diminta dari kantor dimana dia bekerja untuk bekerja di Korea Utara. Pada saat itu Jaka merasa khawatir, karena istrinya sedang dalam keadaan hamil 4 bulan. Akhirnya Jaka pun ikut kesana mendampinginya

Dan untuk kepengurusan Visa ternyata memang tidak mudah, sedikit sulit dan lama, juga untuk kepengasuhan. nah singkat cerita

Satu bulan sebelum anaknya lahir, tepatnya bulan Maret 2013, sempat terjadi ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan karena latihan militer Korea Selatan bersama Amerika Serikat. Pada saat itu banyak anggota keluarga diplomat yang meninggalkan Korea Utara untuk sementara hingga kondisi semenanjung Korea menjadi lebih kondusif.

Namun karena pada saat itu Jaka beserta Istrinya sedang hamil besar, Dia memutuskan untuk tetap bertahan di Pyongyang. Untunglah, perang tidak berkobar pada saat itu dan anaknya lahir dengan sehat pada April 2013.


Bagaimana dengan aktivitas sehari-hari disana?

Jaka berangkat ke Korea Utara untuk mendampingi istri, awalnya dia tidak memiliki pekerjaan tetap. bebrapa kali diminta untuk menjadi petugas dokumentasi untuk acara-acara kantor Kedutaan Besar RI (KBRI) di Pyongyang.

Dari sanalah kemudian Jaka berkenalan dengan beberapa orang dan akhirnya dia sering diminta untuk mengambil gambar di berbagai acara di Korea Utara. Hasil foto-foto tersebut kemudian dia jual dan  mendapatkan pendapatan yang lumayan. Jaka pun sering dikontak oleh beberapa kantor berita internasional seperti Reuters, NK News, dan lain-lain untuk men-supply foto-foto dari Korea Utara.

Kehidupan sehari-hari Jaka dan Keluarga di Korea Utara berlangsung normal. tidak pernah mendapatkan perlakuan diskriminatif dari masyarakat lokal. Tapi, saat musim panas tiba, istrinya sering mendapatkan tatapan dari warga karena ia berhijab. Mereka pasti bingung mengapa ada orang yang berpakaian tertutup hingga ke kepala di cuaca yang panas. Namun selebihnya, istrinya selalu mendapatkan perlakuan yang normal-normal saja.

Setiap hari Jumat, Jaka juga tetap bisa melakukan ibadah salat Jumat dengan nyaman di masjid kompleks Kedutaan Besar Iran. Begitu pula saat lebaran tiba. Umat Islam di Pyongyang dapat beribadah dengan tenang.

Walaupun begitu Korea Utara memang memiliki aturan ketat untuk warganya, seperti contoh dalam hal penggunaan Internet.

Orang asing dapat mendapatkan fasilitas internet dengan bebas di lokasi-lokasi tertentu. Bahkan Jaka mengaku dapat mengakses Facebook, Twitter, dan Instagram dengan mudah. Dia pun berkomunikasi dengan lancar via Skype dengan keluarga di Indonesia.

Namun, warga lokal dibatasi, mereka hanya memiliki jaringan intrane, mereka hanya dapat membuka situs berita yang ditentukan oleh pemerintahnya. Bahkan mahasiswa di universitas pun hanya diizinkan membuka internet dalam waktu yang singkat dan terbatas hanya untuk situs yang ditentukan oleh staf pengajar.

Saat berjalan-jalan keluar kota, setiap warga asing diwajibkan untuk mendapatkan izin terlebih dahulu dari Departemen Luar Negeri Korea Utara. Setiap rombongan pun harus mengajak setidaknya satu orang warga Korea Utara selama perjalanan, entah itu sebagai guide, supir, maupun pengasuh anak. Warga asing tidak diperbolehkan meninggalkan Pyongyang tanpa melapor terlebih dahulu, bahkan untuk sekadar jalan-jalan.


bagaimana dengan interaksi dengan masyarakat lokal?

Lokasi tempat tinggal Jaka adalah kompleks khusus untuk orang asing. Meskipun letaknya berdekatan dengan kawasan tempat tinggal warga lokal, namun terpisahkan oleh dinding setinggi 1,5 meter yang dilengkapi dengan kawat listrik dan CCTV 24 jam. Jadi, interaksi dengan masyarakat lokal memang terbatas.

Untuk urusan belanja keperluan sehari-hari, orang asing hanya boleh membeli di satu pasar yang letaknya sekitar 5 kilometer dari tempat tinggal kami, padahal ada banyak sekali pasar di Pyongyang. Jika ingin membeli barang yang lebih praktis, orang asing bisa juga membeli di toko-toko swalayan, namun terdapat bagian khusus untuk orang asing dengan harga yang lebih mahal. Barang-barang kebutuhan sehari-hari untuk orang lokal memang disubsidi oleh negara.


Meskipun masyarakat lokal mendapatkan pelajaran bahasa Inggris, kebanyakan dari mereka takut untuk berinteraksi langsung dengan warga asing. Ada anak kecil yang pernah menghampiri kami dan mengucapkan “hello”, tapi setelah itu langsung kabur.

Masyarakat Korea Utara menurut jaka memang cenderung konservatif. Seperti yang terlihat di foto-foto yang beredar, pakaian yang dikenakan juga terkesan kuno. Di musim panas, para perempuan menggunakan rok yang panjangnya selalu di bawah lutut.

Meskipun ada barang-barang mewah seperti mobil Audi, Mercedez Benz, hingga jam tangan Rolex, benda-benda tersebut hanya mampu dibeli oleh orang-orang kaya saja yang berdasarkan pengamatan saya merupakan anggota partai atau keluarganya.

Meskipun begitu, masyarakat setempat, tetap sangat menghormati mereka. Jika ada mobil dengan plat yang diawali angka 7, para petugas keamanan di jalan pasti langsung hormat. Itu merupakan tanda kendaraan milik para anggota partai.

Namun saya tidak tahu, apakah mereka benar-benar mencintai negara dan pemimpinnya, atau hanya takut dengan konsekuensi yang akan mereka terima jika tidak tunduk pada rezim, dan sampai sekarang juga masih belum bisa kita ketahui, karena memang sulitnya bisa berkomunikasi dengan warga lokal, dan disana memang tidak sembarangan kita bisa melakukan hal-hal aneh. tapi tentunya sekarang kita bisa lihat bagaimana Korea Utara sebenarnya kan? kalian bisa lihat kehidupan Jaka disana lewat Blognya Jaka Parker Blog atau di Channel Youtubenya.

sumber artikel asli Rappler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk tidak menaruh link dalam bentuk apapun

Post Bottom Ad